Hati Yang Gembira Adalah Obat

Mesem dulu…

Pernah dilakukan penelitian yang mengambil sampel di 2 rumah sakit besar di USA, dimana salah satu rumah sakit dimiliki yayasan keagamaan(1), sedangkan lainnya non-keagamaan(2). Penelitian dilakukan pada kelompok penderita tumor ganas dengan stadium(tigkat keganasan) yang sama, dan diberi perlakuan (pengobatan) yang sama. Kemudian diikuti perkembangan hasil pengobatan selama beberapa waktu & hasilnya menunjukkan secara signifikan bahwa, kesembuhan jauh lebih baik terjadi pada kelompok(1). Kemudian diketahui penyebabnya adalah “endorphin”, ditemukan lebih banyak pada kelompok (1).

Keluarnya endorphin terkait dengan stress, dan tingkat stress sangat berhubungan dengan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Endorphin adalah morphin yang dihasilkan oleh tubuh, hanya pada kondisi hati yang positif endorphin dikeluarkan tubuh secara maksimal. Endorphin sama dengan morphin buatan, efek yang ditimbulkan juga sama, yaitu membuat suasana hati nyaman dan dalam kondisi tubuh penuh endorphin sistem immun dapat bekerja maksimal.  

PSYCHONEUROIMMUNOLOGY adalah disiplin ilmu yang telah berkembang sejak 40 tahun yang lalu, yang mempelajari hubungan antara sistem immun, sistem endokrin/hormon, sistem saraf pusat & sistem saraf tepi. Dan ditemukan jika neuropeptida berperan dalam regulasi sel-sel immun. Peptida opioid ini ditemukan secara luas di sepanjang sistem saraf pusat, tepi & sistem saraf otonom. Opioid menurunkan regulasi & respon stress otonom & dapat menangkal kerja kortisol (hormon stress). Emosi yang positif dapat memodifikasi hormon/neuroendokrin yang terlibat dalam respon stress. 

Ada penelitian tentang ini, dimana dilakukan pemeriksaan sampel darah setelah subjek penelitian menonton video humor selama 60 menit, kemudian diperiksa kadar corticotropin (ACTH), cortisol, beta-endorphin, 3,4,-dihy-drophenylacetic acid (dopac), dopamine, epinephrine, norepinephrine, growth hormone & prolactin.

Dan hasilnya menunjukkan kalau kadar hormon yang bertanggung jawab terhadap terjadinya stress menurun.

Jadi penelitian di kedua rumah sakit diatas tadi, yang membedakan perlakuan terhadap penderita pada kedua rumah sakit diatas adalah, adanya konseling dari sisi rohani pada tiap penderita. Jelas siapapun takut, stres dan depresi mendengar kata kanker(tumor ganas). Penanganan dari sisi kejiwaan inilah yang pada akhirnya membedakan hasil pengobatannya. Dan penangan holistik seorang penderita seharusnya memang mencakup aspek kejiwaan. 

Nah yang SATU ini nggak enak, penelitian terbaru menunjukkan kalau “faktor genetik menentukan  30%-50% dalam hal emosi positif” (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4449495/ ) wah kecian dong yang punya gen cemberut, hehehe. Jadi ada lagi ilmu baru judulnya “PENDEKATAN GENETIK PADA BAHAGIA TIDAKNYA SESEORANG”. Rupanya “Gene bertanggung jawab terhadap perilaku seseorang”. Lihat tabel gene dibawah, misal Gene DRD2 yang mengurus tentang perilaku alcoholism, ketergantungan cocaine, merokok dll. Gene ANNKI mengurus soal schizophrenia, gangguan kognitif dll. Gene 5HT2A bertanggung jawab terhadap masalah kegemukan, resistensi insulin, masalah percintaan, keinginan bunuh diri dll. Diantara semua gen yang terkait dengan karakteristik mood & emosional ini, penelitian sampai pada dugaan adanya hubungan antara Gene 5-HTTLPR & MAO-A dengan “kepuasan hidup”. Gen ini mengkoding distribusi SEROTONIN di sel-sel otak yang akhirnya mempengaruhi mood.

Manusia itu kompleks, mangkanya penelitian “tubuh” yang cuma segini ajah… begitu banyak disiplin ilmu yang “pegang”. Cuma nggak enaknya begini, karena kalau penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa gen-gen itu yang bertanggung  jawab terhadap perilaku menyimpang, walahhh semua orang akan beralasan “BUKAN SALAH GUE – SALAH GENE”, hehehehe.

Ada 3 hal yang menentukan kesembuhan seseorang dari suatu penyakit & ketiga hal ini sama pentingnya dan saling mendukung. 

Pertama adalah  status immun yang mendukung daya tahan tubuh. Hal ini dipengaruhi faktor genetik & kecukupan gizi. Kedua adalah tingkat keganasan/ berat ringannya penyakit yang menyerang. Dan ketiga adalah intervensi  medis apakah adekuat atau tidak.

Keberhasilan terapi tergantung dari “siapa” yang “menang” diantara ketiga faktor ini. Dan musti ditambahkan bagaimana peran genetik & hormon bahagia berkontribusi hehe.

Jadi…..benar waktu Nabi Daud ribuan tahun lalu menulis bahwa “hati yang gembira adalah obat”….. dunia medis membuktikannya. Salam.

Sumber: 

1. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0002962915361929

2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2213424/

3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4449495/ 

Gambar: Geofanny Sarah Adventia 

1 thought on “Hati Yang Gembira Adalah Obat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *